Hilang. Kembali dengan Nuansa Berbeda
Semalam, 28 Agustus 2025, kejadian mengerikan terjadi di Indonesia. Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat—terutama buruh—memperjuangkan 10 tuntutan yang sejak lama tak kunjung selesai:
- Menghapus sistem outsourcing dan menolak upah murah.
- Membentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan PHK.
- Melakukan reformasi pajak perburuhan yang berkeadilan, termasuk penghapusan pajak pesangon, THR, dan JHT.
- Mengesahkan RUU Ketenagakerjaan tanpa skema omnibus law.
- Mengesahkan RUU Perampasan Aset untuk memberantas korupsi.
- Merevisi UU Pemilu demi sistem demokrasi yang lebih aspiratif dan terbuka.
- Mengesahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT).
- Menegakkan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di sektor pertambangan.
- Menerapkan sistem pengupahan adil bagi pekerja perkebunan sawit.
- Meratifikasi Konvensi ILO-190 tentang penghapusan kekerasan dan pelecehan di dunia kerja.
Tuntutan-tuntutan ini bukan hal baru. Dari dulu, masalah ini tidak pernah selesai. Yang ada justru berita kenaikan tunjangan anggota dewan. GILA. Ini benar-benar gila.
Dan gila itu nyata. Aksi menuntut 10 hal ini memakan korban: seorang sipil, tulang punggung keluarga, usianya masih muda. Sehari-hari ia bekerja sebagai driver ojek online. Ia meninggal—bukan karena sesak nafas akibat berdesakan dengan demonstran lain, bukan karena kecelakaan ketika mengantar penumpang. Ia meninggal karena POLISI sengaja menabrak.
Bukan oknum. BUKAN OKNUM. Bukan kesalahan teknis. Tapi POLISI INDONESIA.
Kalian harus tahu: tidak ada lagi keamanan bagi masyarakat. Tidak ada lagi keadilan di negeri yang katanya kaya ini, tapi terus melahirkan kemiskinan bagi mereka yang tak punya kuasa. Pemimpin negara pun tampaknya enggan benar-benar tahu kondisi rakyatnya. Ia hanya melihat laporan-laporan di atas kertas, dokumen yang entah seberapa benar—dan harus diragukan.
Kepercayaan publik sudah hancur. Rakyat tidak lagi percaya kepada siapapun, kecuali dirinya sendiri dan Tuhan mereka.
Wakil rakyat? Polri untuk masyarakat? TNI sebagai Tentara Rakyat? Apa itu? Hanya jargon kosong yang tidak pernah sungguh-sungguh diwujudkan.
![]() |
Sumber: x |
Kita boleh saja kehilangan kepercayaan pada negara, tapi kita tidak bileh kegilangan keberanian. Jika suara rakyat terus di bungkam, maka semakin lantanglah kita bersuara. Karena diam, berarti membiarkan darah itu jadi sia-sia.
Sumber https://www.instagram.com/reel/DN51hoxgZ-4/?igsh=d2M5Nmttb2RsaXZz or https://www.instagram.com/reel/DN5-EaGiV_D/?igsh=dzQ1bmY4NXhtbHF2
Komentar
Posting Komentar